Batam=Banci Hitam
Matahari belum terbit, kokok ayam mulai bersahutan menandakan subuh telah menjelang, tak ada kantuk, ia telah hilang digantikan semangat dan senyum cerah.
Bandara SMB II, kami harus tiba sebelum pukul 06.00 disana, tidak ada yang telat, tidak ada yang di tunggu, 16 anak kampung akan berangkat ke Negeri Lancang Kuning, naik pesawat terbang, gratis, dibiayai Negara ini tampaknya.
PWN PTAI (Perkemahan Wirakarya Nasional Perguruan Tinggi Agama Islam) dan PERKASA (Perkemahan Santri Nusantara) di Bumi Perkemahan Raja Ali Kelana Tahun 2012 Batam.
Pertama kalinya naik pesawat gratis pakai uang negara pp, awalnya tak ada niatan untuk ikut serta, ajakan rekanan sejawat dan iming-iming ke Temasek lah yang merubah haluan tolak berubah ikuti aliran air.
Hanya 60 menit perjalanan Palembang-Batam, lebih cepat singkat namun tidak dekat, dibandingkan Jambore Nasional 2011 d Teluk Gelam OKI yang harus ditempuh 4 jam via darat dari Palembang.
Bandara Hang Nadim ramai, Bimbar (mobil elf) jemputan kontingen SUMSEL sudah siap, 60 menit kemudian, mulai memasuki Gapura BUPER Raja Ali Kelana, hutan lindung yang berada di atas bukit menghadap ke laut timur, tepat nun jauh di seberangnya sana Tanjung Pinang Pulau Penyengat
Bandara Hang Nadim ramai, Bimbar (mobil elf) jemputan kontingen SUMSEL sudah siap, 60 menit kemudian, mulai memasuki Gapura BUPER Raja Ali Kelana, hutan lindung yang berada di atas bukit menghadap ke laut timur, tepat nun jauh di seberangnya sana Tanjung Pinang Pulau Penyengat
Batam, ada yang bilang berasal dari anonim Batu Hitam dan kini seiring berkembangnya zaman bermetamorfosis dan bergeser. menjadi Banci Hitam, Seram....
Hari pertama, namanya kemah pastinya mendirikan tenda, tapak perkemahan sudah dikapling disekat permanen dengan batu bata, tapak berada dilereng disisi bukit, bila dipandang dari drone camera mirip sengkedan persawahan di lahan miring yang belum ditanami padi, pohonnya rindang, hembusan angin laut membelai numpang lalu dari sela pepohonan, nikmatnya memandangi laut dari atas bukit Buper Raja Ali Kelana Batam.
Malam pertama berlalu, jauh sebelum ayam berkokok, fajar pun belum muncul, petugas adzan subuh juga masih tidur, kami sudah bersiap siap menuju kantor Walikota Batam, Opening Ceremony sekaligus pemecahan Rekor MURI, Pembacaan Gurindam 12. Pagi setelah matahari setinggi tonggak, acara dimulai, bagiku Tak menarik dan tak tertarik, Batam Centre dengan Mall nya dan Pelabuhan Internasionalnya lebih menarik untuk dikunjungi, dasar kontingen Sumsel......hehehehe
Diam diam aku mencari informasi ke Pelabuhan Batam Centre, sendiri, harga tiket ke Singapore atau Ke Johor yang akan kupilih, di Pelabuhan Batam Centre ini pula aku bertanya dengan petugas berseragamnya:"maaf Pak, mau tanya, TOILET nya dimana yahhhh???????".
Sorenya kami tiba kembali ke Buper, kukumpulkan 15 anak kampung dari SUMSEL di tenda Puteri, jadi pas sudah kami berjumlah 16 anak kampung yang hadir di Batam dengan pesawat gratis dibiayai Negara. Kuutarakan maksud dan tujuan serta keinginanku untuk membubuhkan cap dari imigrasi 2 negara tetangga di Passport ku, kutawarkan kepada 15 anak kampung yang lain, tak ada yang bersedia, karena mereka belum memiliki buku sakti berwarna hijau tersebut.
Hari keempat, setelah hari ketiga tentunya, aku menyebrangi lautan, masuk melalui Johor, keesokannya ke Temasek, kembali Ke Johor, kembali ke Batam dihari ketujuh.
Dari 16 orang kampung yang berangkat ke Batam naik pesawat dengan biaya Negara, 1 orang yang Kampungan, Aku
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda